Tampilkan postingan dengan label Kisah Bijak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah Bijak. Tampilkan semua postingan

Kamis, 04 Juni 2015

Belajar Dari Om Bob Sadino

Beberapa petikan kata-kata bijak Om Bob Sadino yang bisa memotifasi dan menginspirasi:



Goblok ala Bob Sadino:

"Saya sudah menggoblokkan diri sendiri terlebih dahulu sebelum menggoblokkan orang lain"

"Banyak orang bilang saya gila, hingga akhirnya mereka dapat melihat kesuksesan saya karena hasil kegilaan saya"

Sabtu, 30 Mei 2015

Everyone Is Number One

Every One Is Number One
Ini judul lagu yang dinyanyikan Andy Lau, saat Olimpiade Khusus Penyandang Cacat, di Beijing tahun 2008. Pesannya, setiap orang bisa menjadi nomor satu!

Setiap manusia diciptakan dengan kelebihan masing-masing. Setiap manusia adalah bagian dari kehidupan. Setiap manusia punya peran masing-masing yang tak bisa digantikan oleh orang lain. Dalam posisinya itu setiap manusia dikaruniai potensi guna menaklukkan apa yang dihadapinya untuk menyempurnakan perannya di dunia.

Kisah Tiga Ulat Bulu

Ini kisah tiga ulat bulu.
Alkisah sampailah perjalanan tiga ulat bulu di tepian sungai.  Mereka telah memakan banyak dedaunan, nyaris pepohonan di tepian sungai itu meranggas karena daunnya habis mereka makan.  

Dari atas sebuah pohon mereka melihat ke seberang sungai, disana terlihat dedaunan yang hijau subur dan aneka bunga yang mempesona.  Timbullah keinginan mereka untuk sampai kebun di seberang sungai tersebut dan menikmati dedaunannya yang hijau ranum.  Niat mereka sangat kuat, sehingga mereka turun dari pohon dan berniat menyeberangi sungai.  

Sabtu, 29 Maret 2014

Kisah Monyet Dan Empat Angin

Alkisah, seekor monyet sedang nangkring di pucuk pohon kelapa. Dia nggak sadar lagi diintip sama tiga
angin besar. Angin Topan, Tornado dan Bahorok.  Tiga angin itu rupanya pada ngomongin, siapa yang bisa paling cepat jatuhin si monyet dari pohon kelapa.

Angin Topan bilang, dia cuma perlu waktu 45 detik. Angin Tornado nggak mau kalah, 30 detik, katanya.
Angin Bahorok senyum ngeledek dan bilang, 15 detik juga jatuh tuh monyet.

Akhirnya satu persatu ketiga angin itu maju. Angin TOPAN duluan, dia tiup sekenceng-kencengnya, Wuuusss… Merasa ada angin besar datang, si monyet langsung megang batang pohon kelapa. Dia pegang
sekuat-kuatnya. Beberapa menit lewat, nggak jatuh-jatuh tuh monyet. Angin Topan pun nyerah.

Rabu, 15 Mei 2013

Kisah Bijak - Mengasah Besi Menjadi jarum


Li Bai (seorang penyair Tiongkok terkenal) sewaktu muda malas belajar. Ia sering berhenti separuh jalan saat menemui kesulitan dalam mempelajari sesuatu. Sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain daripada untuk belajar.

Suatu hari, ia melewati sebuah rumah petani dan melihat seorang nenek tua sedang mengasah sebatang besi (yang tadinya digunakan untuk menggiling beras atau mencuci pakaian) di atas sepotong batu. Li Bai penasaran dan mendekati si nenek sambil bertanya, "Nenek, mengapa Anda mengasah ini?"

Nenek lalu menjawabnya sambil tersenyum, "Saya ingin mengasah batang besi ini menjadi jarum." Li Bai sangat terkejut. "Besi setebal ini? Itu tidak mungkin!"

Nenek lalu berkata padanya dengan serius, "Mengapa tidak mungkin? Asalkan saya tetap melakukannya setiap hari, besi akan makin mengecil. Asal saya punya kemauan yang teguh, suatu hari nanti pasti akan berhasil!"

Mendengar hal ini hati Li Bai sangat tersentuh. Sepulang dari rumah nenek itu, ia mencurahkan hatinya untuk belajar. Ketika menemui kesulitan, ia akan mengingat nenek yang mengasah besi itu.

Pesan moral: Belajar ibarat sedang mengasah besi. Peribahasa ini adalah semacam dorongan bagi manusia untuk mencoba lebih giat dalam belajar. (edu.ocac.gov.tw/Minghui School/mgl)

Kisah Bijak - Kura-kura yang Malang




Pada adegan dongeng  di pipi tangga Candi Mendut dikisahkan: Pada masa lalu para binatang yang hidup di Bumi menjalin persahabatan sangat akrab, termasuk di antaranya pasangan dua ekor bangau dengan seekor kura-kura yang hidup di sebuah telaga berlimpah air.
Namun, ... ketenteraman itu terusik akibat terjadi perubahan iklim, dengan datangnya musim kemarau berkepanjangan. Akibatnya, air telaga segera mengering. Seluruh kehidupan yang di dalam dan sekitar telaga pun terancam.

Timbul kedukaan mendalam di hati bangau, terhadap nasib sahabatnya, sang kura-kura. Berkatalah Bangau, "Sahabatku, sebentar lagi akan datang bencana kekeringan, kita harus cepat-cepat mengungsi ke telaga yang lebih besar dengan air jernih melimpah. Danau itu tak jauh dari hutan ini. Berpeganglah pada ranting kering yang kami cengkeram berdua, gigitlah ranting itu pada bagian tengahnya. Tetapi selama perjalanan jangan menengok ke bawah atau mengucapkan sepatah katapun, sebelum sampai tujuan."

Lalu, terbanglah mengangkasa ketiga sahabat itu melalui hutan, sungai, dan ladang. Di kejauhan tampak sekelompok anak gembala dan pemburu sedang beristirahat. Mereka melihat pemandangan sangat lucu. Maka, mereka pun bersorak kegirangan sambil mengolok-olok sang kura-kura, yang disebut seperti kotoran sapi kering sedang terbang. Mendengar olok-olok itu, si kura-kura pun marah dan hendak menjawab;dengan membuka mulut. Akibatnya, ia pun terjatuh, lalu diperebutkan beramai-ramai untuk dimakan oleh sekelompok anak-anak itu.

Cerita itu mengandung pesan, sifat mudah tersinggung dan marah, atau terpancing emosi dapat berakibat fatal, bahkan mencelakakan dirinya sendiri. Manusia hendaknya menjadi orang sabar dan rendah hati.

Kisah Bijak - Babi


Zhang San sedang mengemudikan mobil berjalan di jalan pegunungan, ketika dengan santai menikmati pemandangan yang indah, mendadak dari arah depan datang sebuah truk barang.

Si sopir truk membuka jendela dan berteriak dengan keras, “Babi!” Mendengar suara ini Zhang San menjadi emosi, dia juga membuka jendela memaki, “Kamu sendiri yang babi!”

Baru saja selesai memaki, dia telah bertabrakan dengan gerombolan babi yang sedang menyeberangi jalan.

Jangan salah tafsir maksud kebaikan dari orang lain, hal tersebut akan menyebabkan kerugian Anda, juga membuat orang lain terhina.



Kisah Bijak - Kepiting Yang Pemarah


Ketika air laut sedang surut, banyak anak menangkap kepiting kecil di tepi Pantai Belawan, Sumatera Utara. 
Anak-anak itu memegang setangkai kayu pendek dengan seutas tali pancing pendek. 
Sebuah batu atau kayu yang sangat kecil diikatkan di ujung tali pancing. 

Mereka menyentuhkannya kepada kepiting yang sedang mengintip dari rongga-rongga pasir yang kering. 
Biasanya kepiting itu akan marah, lalu menjepit batu atau kayu kecil itu. Itulah saat yang ditunggu anak-anak itu.
Mereka menarik kayunya dan memasukkan kepiting itu ke dalam ember atau wadah penampung lainnya.
Kepiting itu akan menjadi mainan mereka atau kemudian dijual seharga Rp500,- kepada anak lain.

Amarah telah mencelakakan si kepiting.

Banyak hal yang dapat memancing amarah kita dan menguras persediaan kesabaran kita. Dan kemarahan itu seringkali membuat seseorang bertindak dengan tidak bijaksana.

Ketika kita marah, emosi negatif akan mendominasi perasaan kita dan menuntut pelampiasan yang sepadan.
Ketika melampiaskannya, mungkin kita merasakan kepuasan sesaat, namun setelah itu kita dirundung oleh penyesalan dan rasa bersalah. Kadang-kadang, amarah bahkan bisa mencelakakan kita.

Untuk dapat meredam amarah, kita perlu melatih dan memelihara kesabaran.

Bukan berarti kita tidak boleh marah, namun emosi kita semestinya tidak lekas terpancing.

Kita juga perlu belajar untuk marah pada saat yang tepat dan memberikan respon dengan cara yang benar sehingga kita tidak perlu menyesalinya kemudian.


Kisah Bijak - Strategi Kota Kosong


Strategi kota kosong

Menurut Kisah Tiga Kerajaan, komandan Wei  Sima Yi pernah memimpin 150.000 pasukan untuk menyerang  Xicheng dengan harapan menangkap Zhuge Liang.

Saat itu Zhuge Liang baru saja mengirimkan semua jendral dan pasukannya bertempur ke luar, dan hanya meninggalkan beberapa pejabat sipil dan 2500 tentara di kotanya, berhadapan dengan situasi akan diserang ketika pertahanan lemah, kemudian Zhuge Liang memerintahkan spanduk, bendera disembunyikan dan semua tentara untuk diam dan berhenti berteriak-teriak.

Siapa pun yang melanggar perintah akan segera dipenggal.
Dia juga memerintahkan keempat gerbang dibuka dan beberapa prajurit menyamar menjadi warga sipil menyapu jalan saat ia duduk di anjungan tinggi benteng dengan tenang bermain kecapi bersama dua anak di sampingnya.
Sima Yi bingung dengan kejadian ini. Dia tahu bahwa Zhuge Liang adalah ahli siasat militer yang sangat bijaksana jarang mengambil risiko. Melihatnya demikian tenang santai bermain kecapi, Sima Yi berpendapat bahwa ada jebakan sedang diatur.

Masuk ke kota kosong pasukan akan mudah mengalami penyergapan. Jadi, ia memerintahkan pasukannya mundur untuk mengatur siasat. (Erabaru/art)

sumber: http://erabaru.net/featured-news/48-hot-update/14603-strategi-kota-kosong