Sabtu, 30 Mei 2015

Kisah Tiga Ulat Bulu

Ini kisah tiga ulat bulu.
Alkisah sampailah perjalanan tiga ulat bulu di tepian sungai.  Mereka telah memakan banyak dedaunan, nyaris pepohonan di tepian sungai itu meranggas karena daunnya habis mereka makan.  

Dari atas sebuah pohon mereka melihat ke seberang sungai, disana terlihat dedaunan yang hijau subur dan aneka bunga yang mempesona.  Timbullah keinginan mereka untuk sampai kebun di seberang sungai tersebut dan menikmati dedaunannya yang hijau ranum.  Niat mereka sangat kuat, sehingga mereka turun dari pohon dan berniat menyeberangi sungai.  

Ketika sampai di tepian sungai, mereka terhenyak melihat derasnya aliran air sungai dan lebarnya sungai yang ada di depan mata mereka.  Berembuglah ketiga ulat bulu ini, bagaimana caranya mereka bisa sampai di seberang sungai.

Ulat 1:
Aku akan menyeberang dengan perahu daun kering yang banyak berserakan disini.

Ulat 2:
Aku akan menyeberang lewat jembatan disana, biarpun jauh aku akan aku jalani.

Ulat 3:
Teman2, sudahlah ... setelah aku renungkan kita terlalu serakah, terlalu banyak yang kita makan tapi masih kurang juga.  Sepertinya tak ada kenyangnya kita.  Lihatlah ke belakang yang telah kita makan dan orang2 yang sedih karena perbuatan kita.  Aku merasa sudah cukup, dan aku akan bertapa menghentikan ini semua dan merenungkan perbuatanku.

Ulat 1 + Ulat 2:
aaaahh...kamu ini ngaco, semua yang ada ini kan disediakan untuk kita.  Lihatlah kedepan, banyak yang akan kita nikmati di depan kenapa berhenti hanya karena hambatan kecil sungai ini.  Sudahlah kalau kamu menyerah, kami berdua akan menyeberang ... tinggallah kamu sendiri disini.

Akhirnya, ulat 3 mencari tempat yang aman, naik ke sebiah pohon dan memulai bertapa.  Sedangkan kedua ulat itu nekad menyeberangi sungai.  
Sehari, dua hari, tiga hari ulat 3 ini terus tekun bertapa, merenungkan perbuatannya, menebus kesalahannya dan terus memperbaiki sisi dalam dan luarnya.  Badannya berangsur-angsur berubah menjadi kepompong.  Akhirnya setelah tujuh hari selesailah masa bertapanya dia keluar dari cangkang kepompong dan dia telah berubah menjadi makhluk baru yang sangat indah dan menyenangkan.  Ia telah berubah total, baik fisik maupun batinnya.  Ia tidak serakah lagi, ia tidak memakan dedaunan lagi, ia hanya memakan sari2 bunga yang berupa madu dan membantu penyerbukan bunga2.  Ia telah berubah menjadi kupu-kupu.  

Tiba-tiba ia teringat kedua temannya, lalu dia terbang kesana kemari siapa tahu dapat menemukan kedua temannya itu.  Pandangannya tertuju ke seberang sungai, disana bunga2 masih bermekaran dengan indah dan dedaunan masih hijau segar.  Ia mulai ragu dan was-was, jangan2 kedua temannya tidak sampai di seberang sungai.  Dia terbang dengan lincah dan ringan kesana kemari mencari kedua sahabatnya itu.

Dugaanya benar, ketika terbang di atas jembatan dia melihat kebawah. Dilihatnya sesosok bangkai dirubung semut yang rupanya habis diinjak orang beberapa hari yang lalu.  Hatinya sedih melihat nasib sahabatnya itu.  Lalu dia terbang mencari sahabat yang satunya lagi.  Dan benar saja, sesosok bangkai sahabatnya hanyut dibawa alirang sungai yang deras.  Hatinya sedih mengenang kedua sahabatnya yang malang, kini dia sendirian terbang kesana kemari di antara kembang2 yang mekar harum di seberang sungai itu.  
Untunglah beberapa saat kemudian dia bertemu dengan beberapa kupu2 disana dan menjadi sahabatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar