Ini adalah kisah seorang anak yang sangat berbakti pada ibunya. Kisahnya adalah pada zaman akhir Dinasti Ming dan permulaan Dinasti Qing.
Bakwan adalah makanan gorengan yang terbuat dari sayuran dan tepung terigu yang lazim ditemukan di Indonesia. Bakwan bisanya merujuk kepada kudapan gorengan sayur-sayuran yang biasa
dijual oleh penjaja keliling gorengan. Bahannya terdiri dari taoge, irisan kubis (kol) atau irisan wortel, dicampur dalam adonan tepung terigu dan digoreng dalam minyak goreng yang cukup banyak. Di Jawa Barat bakwan disebut 'bala-bala'. Bakwan mirip dengan masakan Jepang yasai tenpura (tempura sayur).
Bakwan sebenarnya berasal dari Cina yang terlihat jelas pada kata Bak
(肉) yang berarti Daging. Hal ini serupa dengan makanan lain yang
memiliki asal yang sama seperti Bakpao (Roti isi Daging), Bakso (Bola Daging), Bakmi (Mie Daging), Bakpia (Kue daging kacang hijau), Bacang (Makanan Daging Cacah).
Pada saat terjadi perdagangan dan pertukaran budaya di Indonesia,
resep makanan pun saling berbaur sehingga mempengaruhi masakan
tradisional saat itu. penggunaan kata Bak sendiri sampai sekarang masih
digunkan meskipun Bakwan tidak lagi berisi daging / udang.
Konon
menurut cerita di jaman akhir dinasti Ming dan permulaan dinasti Qing,
di Fuzhou, Tiongkok, hiduplah seorang anak laki-laki yang sangat
berbakti pada orang tua. Kehidupan mereka amatlah miskin, terlebih
setelah sang ayah meninggal dunia. Sang ibu dengan susah payah
membesarkan sendiri anak tersebut hingga menjadi seorang pemuda yang
gagah dan rajin. Setelah dewasa, si pemuda ini mengambil alih segala
beban pekerjaan yang selama ini dipikul oleh ibunya.
Setiap subuh, pemuda ini sudah berangkat bekerja, mencari kayu bakar dan hasil hutan lainnya untuk dijual di kota. "Anakku, mendaki gunung harus hati-hati!" pesan ibunya. Pemuda itu pun mengangguk sambil memegang kapak dan keranjang, siap-siap berangkat, dia berkata, "Bu, makanan sudah tersedia di atas meja, bila ibu lapar, makanlah dulu, tidak perlu menungguku lagi".
Karena dia giat bekerja, dalam beberapa tahun kemudian ekonomi keluarganya semakin membaik, pemuda ini pun dapat mempersunting seorang istri. Ibunya bahagia karena memperoleh menantu yang telaten melayani di hari tuanya.
Suatu hari ketika mereka sedang makan malam, sang menantu berkata, "Bu, cobalah makan daging ini, rasanya enak dan sangat bergizi!" Sang ibu sambil mengeleng kepala berkata, "Menantu yang baik, ibu sudah tua, gigi ibu tidak kuat mengunyah daging ini, lebih baik ibu makan sayur saja". Mereka pun melanjutkan makan malam. Dalam hati, pemuda ini berpikir, "Daging yang kecil tipis pun tidak bisa digigit oleh ibu, saya harus mencari cara agar ibu bisa menikmati kelezatan daging ini".
Malamnya, pemuda ini terus memikirkan bagaimana agar ibunya dapat menikmati lezatnya daging. Bersama istri, dia mencoba berbagai cara memasak, hingga akhirnya, "Ah, ini seharusnya cara yang bagus!", kata pemuda ini sambil mencincang daging tersebut hingga halus dan dibentuk bulat-bulat, dimasukkan ke dalam air untuk dimasak.
Keesokan harinya, sang istri menghidangkan makanan ini. Sang pemuda meminta ibunya mencoba, "Bu, coba rasakan bagaimana rasa bakwan ini?" Ibunya mencicipi, "Hhm, daging ini empuk sekali, rasanya enak, Ibu bisa lebih mudah memakannya". Pemuda ini dengan wajah berseri, berkata, "Ibu, kalau begitu, makanlah lebih banyak lagi yah!"
"Baik, baiklah anakku!", ibu tua ini mengangguk kepala. Mereka terlihat sangat bahagia.
Perilaku berbakti pemuda ini kemudian menyebar luas. Menurut dialek Hokkian (Fujian), daging bulat tersebut dinamakan bakwan, yang Mandarinnya disebut Gongwan. Baca beda bakwan dan bakso di artikel bawah.
Setiap subuh, pemuda ini sudah berangkat bekerja, mencari kayu bakar dan hasil hutan lainnya untuk dijual di kota. "Anakku, mendaki gunung harus hati-hati!" pesan ibunya. Pemuda itu pun mengangguk sambil memegang kapak dan keranjang, siap-siap berangkat, dia berkata, "Bu, makanan sudah tersedia di atas meja, bila ibu lapar, makanlah dulu, tidak perlu menungguku lagi".
Karena dia giat bekerja, dalam beberapa tahun kemudian ekonomi keluarganya semakin membaik, pemuda ini pun dapat mempersunting seorang istri. Ibunya bahagia karena memperoleh menantu yang telaten melayani di hari tuanya.
Suatu hari ketika mereka sedang makan malam, sang menantu berkata, "Bu, cobalah makan daging ini, rasanya enak dan sangat bergizi!" Sang ibu sambil mengeleng kepala berkata, "Menantu yang baik, ibu sudah tua, gigi ibu tidak kuat mengunyah daging ini, lebih baik ibu makan sayur saja". Mereka pun melanjutkan makan malam. Dalam hati, pemuda ini berpikir, "Daging yang kecil tipis pun tidak bisa digigit oleh ibu, saya harus mencari cara agar ibu bisa menikmati kelezatan daging ini".
Malamnya, pemuda ini terus memikirkan bagaimana agar ibunya dapat menikmati lezatnya daging. Bersama istri, dia mencoba berbagai cara memasak, hingga akhirnya, "Ah, ini seharusnya cara yang bagus!", kata pemuda ini sambil mencincang daging tersebut hingga halus dan dibentuk bulat-bulat, dimasukkan ke dalam air untuk dimasak.
Keesokan harinya, sang istri menghidangkan makanan ini. Sang pemuda meminta ibunya mencoba, "Bu, coba rasakan bagaimana rasa bakwan ini?" Ibunya mencicipi, "Hhm, daging ini empuk sekali, rasanya enak, Ibu bisa lebih mudah memakannya". Pemuda ini dengan wajah berseri, berkata, "Ibu, kalau begitu, makanlah lebih banyak lagi yah!"
"Baik, baiklah anakku!", ibu tua ini mengangguk kepala. Mereka terlihat sangat bahagia.
Perilaku berbakti pemuda ini kemudian menyebar luas. Menurut dialek Hokkian (Fujian), daging bulat tersebut dinamakan bakwan, yang Mandarinnya disebut Gongwan. Baca beda bakwan dan bakso di artikel bawah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar